Sistem Pendidikan di Indonesia memasuki era global. Sebagian
besar metode penilaian dan evaluasi pendidikan mulai dinilai secara
komputerisasi. Bahkan yang sedang in saat ini adalah secara online.
Tes online. Sejak beberapa tahun yang lalu, istilah tes
online mulai populer. Mulai dari jalur pendaftaran siswa maupun mahasiswa baru
secara online, bahkan isu tes masuk perguruan tinggi bergulir mulus. Tak
bedanya di dunia kerja, tes online diterapkan secara besar-besaran. Yang sedang
heboh saat ini adalah tes UKG atau Uji Kompetensi Guru.
Beberapa waktu lalu saya terpilih ke dalam 60 orang
mahasiswa program studi pendidikan yang harus mengikuti tes Pemetaan Kompetensi
Calon Guru (PKCG). Program ini diprakarsai oleh Dikti. Peserta dalam tes ini
diseleksi berdasarkan 60 orang mahasiswa dengan IPK tertinggi se-Jurusan atau
rangking 60 IPK tertinggi. Itupun tidak semua universitas yang ditunjuk.
Universitas Negeri Surabaya mendapat kehormatan sebagai universitas terpilih di
Jawa Timur. Singkatmya, tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesiapan
kompetensi calon guru. Beberapa tahun belakangan, tes UKG yang dilakukan kurang
memuaskan pemerintah dengan suguhan hasil tes yang disajikan. Oleh karenanya,
Dikti berupaya untuk mencari tahu asbab musababnya. Jangan-jangan negara kita
memiliki calon guru yang belum siap diorbitkan.
Kesan saya selama mengikuti tes ini lumayan bervariasi. Mulai dari metode tes secara online yang disajikan dengan waktu yang singkat yaitu 90 menit. Untunglah hanya 40 soal. Tetapi dari tingkat kesulitan soal yang disajikan, jika dibandingkan dengan anggapan saya selama breafing, sungguh sangat berbeda. Saat breafing di jurusan beberapa minggu sebelummya, saya diberitahu bahwa tingkat kesulitan soal setara SMA. Namun, selama tes, saya kok merasa ini sudah bukan tingkat SMA lagi tapi sudah setara perguruan tinggi ya? Artinya soal (dan jawabannya donk) itu gampang susah susah. Tapi masih bisa dikerjakan. Yaiyalah jangan sampai ada soal ga bisa dikerjakan. Mungkin karena faktor saya harus me-recall pelajaran beberapa tahun yang lalu, jadi saya agak-agak lupa. Jadi saya agak maklum jika para guru yang harus tes UKG saat ini banyak yang belum tuntas.
Yang ingin saya soroti adalah kelebihan dan kekurangan tes
nasional yang dilakukan secara online.
a. kelebihan
1. efisiensi waktu. Jelas terlihat di sini. Biasanya kita
tes itu makan waktu sekedar pengkondisian dan pembagian soal. Ini saya baru
datang, isi presensi, sudah langsung dihadapkan dengan menu log in untuk
pengerjaan soal. Koneksi internet yang disediakan biasanya sudah disetting
sedemikian rupa sehingga sangat cepat.
2. efisiensi dana
Biasanya, soal dan jawaban tes ditulis pada kertas, tes
online mengurangi pemakaian kertas shingga menghemat biaya percetakan.
3.efisiensi tenaga pengkoreksi
Semua dilakukan dengan komputerisasi, jadi menghindari
kesalahan koreksi karena faktor human error dsb.
Selebihnya, jika dilihat kembali, kelebihan tes online
menitik beratkan pada kemudahan pihak penyelenggara. Kita bandingkan dengan kelemahannya
(menurut saya).
B. kelemahan
1. kendala waktu berpikir.
Waktu berpikir tiap orang berbeda-beda. Jika terlalu lama
dipikir, tes akan memakan waktu yang lama, sementara timer yang diberikan akan
otomatis berhenti sehingga resiko yang akan dihadapi juga lebih besar. Jika
terlambat mengsubmit jawaban, bisa-bisa nilai kita dikosongkan.
2. kendala psikologi
Orang yang terbiasa mengerjakan tes di buku atau kertas akan
berbeda jika dihadapkan dengan soal yang terpampang di komputer. Utamanya jika
melirik timer. Secara psikologi, hal yang saya rasakan saat itu adalah dikejar
waktu. Sehingga dalam pengerjaannya, saya kurang tenang. Dan jika kurang
persiapan, seharusnya kita bisa mencoret-coret kertas saat mengkalkulasi
jawaban, bisa-bisa kita hanya duduk diam tanpa tahu apa yang akan kita lakukan.
Kita terbiasa menghitung di kertas kemudian menandai jawabannya satu per satu.
Tentu saja hal ini akan berbeda jika kita sudah terbiasa bekerja dengan
komputer.
3. opsi jawaban pilihan ganda
Sebagian besar tes online yang saya tahu berbentuk pilihan
ganda. Bentuk soal seperti ini menjadi sangat kontroversi akhir-akhir ini.
Peserta tes disuguhkan soal dengan beberapa opsi yang terkadang sangat mirip
dan sulit dibedakan. Kelemahan tes pilihan ganda adalah kurang melatih daya
pikir, sehingga kita hanya terbiasa dengan cara cepat jika melihat ciri-ciri
soal. Kita kurang terbiasa dengan membaca dan menganalisis soal berdasarkan riset
pustaka. Beda halnya jika soal berbentuk esay. Peserta tes dibebaskan berkreasi
dengan pikirannya nmenghasilkan jawaban sesuai nalarnya. Soal pilihan ganda
terlalu terstandarisasi dan tidak membekali peserta untuk berpikir kritis
karena kami jarang menulis.
Diperhatikan kembali, segala kelemahan sepertinya dari sudut
pandang peserta. Hehe
Sekali lagi ini hanya opini saya untuk metode tes yang
dialkukan secara online.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
^satu komentar darimu bermakna segalanya. thanks for visiting^