Sinopsis Mahabharata Episode 87

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Hallo teman blogger, kali ini saya mencoba membuatkan sinopsis #atau mungkin lebih cocok dibilang review dari salah satu serial favorit saya Mahabharata. Kenapa favorit? Karena serial ini menyajikan nilai-nilai moral tentang kehidupan dengan sangat baik di antara sederetan sinetron Indonesia yang sudah minus pesan moral. Sering kesayangan mak babe saya yang meski sesibuk apapun selalu menyempatkan diri untuk menonton bersama. Wis, ga usah kebanyakan omong langsung cekidot.

Saya mulai dari episode 87 yang tayang nanti malam.

Awal episode dimulai dari pemandangan 5 Pandawa yang tersesat di hutan raksasa. Setelah pelarian panjang dari tangan Aswatama, Arjuna berhasil menyusul ibu dan saudara-saudaranya ke hutan ini. Mereka mengamati keaadaan hutan yang sangat rimbun bahkan sinar matahari tidak mampu menembus kedalaman hutan. Kelima Pandawa merasa ada sesuatu yang menyeramkan dari hutan ini. Rupanya itu hutan ilusi yang menyesatkan milik raksasa Hidimba.

"ini hutan yang menyesatkan, Nakula"

"menyesatkan" tutur Arjuna

"menyesatkan?" ibu Kunti terkejut. Ia memandangi anak-anaknya. Bima nampak serius sementara Arjuna hanya tersenyum maklum.

Akhirnya Yudistira menceritakan bahwa dulunya hutan ini milik para raksasa. Namun, kakek Bisma telah mengalahkan mereka dan memintanya agar tidak meninggalkan hutan ini. Sejak saat itu, manusia dan raksasa tidak akan memasuki wilayah masing-masing. Sebagai gantinya raja raksasa membuat hutan itu menjadi hutan menyesatkan. Nakula menambahkan, manusia yang memasukinya tidak akan bisa keluar tanpa seiijin raja raksasa.

Arjuna mengejek Nakula yang selalu narsis saat pelajaran guru Drona sehingga ia kurang memperhatikan. Pandawa lainnya tertawa.

Sementara itu, di lain tempat, di Pancala, Putri Drupadi bersiap-siap menghadiri upacara pemujaan dewi Annapurna. Ia terheran-heran, jika ritual itu diwajibakan bagi anak yang baru lahir, maka bagaimana bayi-bayi itu menghadiri ritualnya. Srikandi menjelaskan bahwa mereka akan duduk di pangkuan ibunya. Drupadi meminta Srikandi untuk menghadiri ritual bersamanya sebagai pengganti ibu mereka namun Srikandi menolak karena ia harus memimpin para tentara untuk berperang.

(Jelas sekali ya perbedaan fisik Drupadi dan Srikandi? Yang satu feminim banget satunya lagi tomboy abis. Kesan pertama liat Drupadi dia cerdas banget kalo disuruh berargumen :D)

Kita kembali kepada kisah para Pandawa.

Kunti tiba-tiba meneteskan air mata melihat anak-anak mereka. Arjuna orang yang pertama prihatin melihat ibunya. Ia bertanya kenapa ibu menangis. Kunti merasa terharu bahwa di saat sulit seperti ini mereka masih bisa bercanda dan tertawa. Arjuna menyuruh ibunya istirahat saja sementara mereka berjaga-jaga.

Bima: "bagaimana bisa kau memikirkan tidur, Arjuna? kita harus mengalahkan raja raksasa dan menemukan jalan keluar."

Arjuna: "berhentilah cemas dan istirahatlah, kak Bima"

Bima: "aku tidak mengerti"

Yudistir: "raksasa ini pemakan manusia, Bima. artinya, mereka memakan kita, manusia."

Nakula: "seperti caramu dalam menemukan 'ladu'. mereka pasti akan menemukan kita. kita makanan mereka. tapi kau tidak perlu takut, kak Bima. aku akan melindungimu."

Bima merasa tersinggung. "Kau? orang kurus sepertimu bahkan tidak akan bisa dimakan. Raksasa itu akan mati ditanganku, Nakula."

Di kejauhan, mereka diperhatikan oleh dua sosok menyeramkan. Yang satu laki-laki, satunya perempuan. Si laki-laki, "manusia yang paling besar akan kubunuh lebih dulu dan daging dari tubuhnya akan cukup bagi para raksasa makan selama sebulan." 

(Asli aku eneg banget liat nih raksasa. Jenggotnya, mulutnya, iuh bikin gagal makan)

Raksasa perempuan yang muncul belakangan melihat terkesan ke arah Bima. "Tapi kakak, manusia itu terlihat cukup kuat. Bagaimana jika ia yang mengalahkan kita?"

Hidimba, raksasa laki, meminta adiknya menggunakan kekuatan ilusi untuk memperdaya mereka dan membawa mereka ke perkampungan raksasa agar dikeroyok.

Di Pancala. Skrikandi mengatakan bahwa dia adalah seorang jenderal perang yang harus emimpin pasukan. Dan ayah mereka berencana untuk menyerang kota Drona. Drupadi merasa bangga pada ayahnya yang memperlakukan sama anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan. Kemudian Srikandi berangkat disertai seruan dari prajuritnya.

Drupadi segera menuju kuil. 

Di kuil, dia melakukan serangkaian acara ritual dan setelah menerima sakramen, dia melihat kakaknya, Dristadyumna berjalan menuju kuil. Raut kebahagiaan terpancar dari wajah Drupadi. Dia menyambut kakaknya. 

Drupadi: "Dristadyumna, aku menunggumu"

Dristadyumna: "pemujaan dewi Annapura adalah tradisi panchala. Ayah telah memerintahkan aku untuk itu, makanya aku ke sini. untuk menerima sakramen."

Drupadi; " kita lahir dari yajna yang sama, Dristadyumna tapi kesenangan hidup yang ada pada diriku tidak pernah terlihat pada wajahmu, Dristadyumna."

Dristadyumna: "Aku tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Aku dilahirkan untuk memenggal kepala guru Drona. ini yang telah diramalkan dewa. Memikirkan hal yang lain, adalah kejahatan buatku."

Drupadi: "seseorang mati ditanganmu adalah takdirnya. Tapi mendedikasikan seluruh hidupmu untuk membunuh, adalah peruntungan jelekmu, kakakku sayang."

Dristadyumna tersinggung, "Kau bodoh! Memberi saran pada laki-laki bukan tugas wanita

Drupadi: "Pendapat macam apa itu, Dristadyumna ? jika ayah berpikir seperti itu bagaimana mungkin dia menjadikan kakak sebagai jendral?"

Dristadyumna: "ayah telah mengganti Srikandi dengan aku, sebagai jenderal yang baru. Yang Srikandi berikan pada ayah hanyalah kekalahan, aku akan memberinya kemenangan.

Drupadi merasakan firasat buruk, "dia memberhentikan kakak?

Dristadyumna: "Di hadapan seluruh pasukan! Dan mengangkat aku sebagai jenderal yang baru."

Sementara itu, Srikandi sedang kecewa. Dia mengangkat pedangnya, mengarahkannya pada lehernya sendiri sembari mengingat penghinaan ayahnya padanya. Ayahnya kecewa padanya karena kalah melawan pangeran-pangeran Hastinapura, bahkan pada pukulan pertama. Ayahnya sudah tidak menganggapnya, yang dia inginkan hanya anak lelaki yang bisa mengalahkan Pandawa dan membalaskan dendamnya pada Drona.

Drupadi berlari-lari di koridor istana, ingin menyusul kakaknya, Srikandi. Sepertinya dia tahu apa yang akan dilakukan Srikandi. 

Apa yang akan dilakukan Srikandi? Nantikan episode selanjutnya. :)