Sabtu, 21 Juni 2014

Sinopsis Mahabharata Episode 90

Episode dimulai saat Drupadi menghadang gerakan gada Krisna dan melindungi ayahnya.
Drupadi : kau tidak boleh membunuh ayahku! kau harus membunuhku lebih dulu!
Krisna tersenyum mendengarnya, "kau menakjubkan, Drupadi. Untuk menetapkan kembali kebenaran aku perlu dua senjata. Kau salah satunya..Dan yang kedua adalah.."
Scene berganti ke kisah lima Pandawa yang tersesat di hutan ilusi.
Di tengah-tengah tidurnya, Arjuna mendengar suara tangisan perempuan. Ia terbangun dan melihat ke sekelilingnya. Ibunya bertanya ada apa.
Arjuna : Ibu, aku mendengar perempuan menangis.

Lucu pose mereka ya?
Sadewa : Pasti perut kak Bima menggeram karena lapar
Bima : Suara perutku tidak seperti suara perempuan menangis tapi terdengar seperti singa mengaum.
Tiba-tiba saja Arjuna bangkit berdiri dan berlari mencari sumber suara itu. Ia tak menghiraukan panggilan ibunya. Setelah beberapa lama mencari, Arjuna melihat bayangan seseorang di dalam gua. Itu seorang gadis. Melihat Arjuna yang mendekat, gadis itu hendak berlari.
Arjuna : Berhenti! Siapa kau? Dan apa yang kau lakukan di hutan ini sendirian?
Dengan ketakutan, gadis itu bertanya, "apakah kau raksasa atau manusia?"
Arjuna : Aku manusia. Jika aku raksasa, aku tidak akan bertanya padamu tapi aku akan langsung memakanmu.
Ekspresi si gadis tenang kembali.
Arjuna : tunjukan dirimu! dan katakan siapa kau?
Gadis itu keluar dari dalam kegelapan dan menampakkan diri.
Gadis: raksasa telah memakan seluruh keluargaku.Aku sedang melarikan diri dari mereka tapi aku tidak bisa menemukan jalan keluar dari hutan ini.
Arjuna : ayo, kesini!
Ibu dan keempat saudaraku sedang beristirahat tak jauh dari sini. Kami akan melindungimu
(Aku heran deh, kalo urusan gadis, pasti Arjuna yang menemukannya duluan.#eh #abaikan)
Kemudian gadis itu berjalan di belakang Arjuna. Tiba-tiba ia menoleh dan tersenyum mengerikan pada seseorang. Gadis itu menampakkan wujud aslinya...
Sementara itu Ibu Kunti sedang khawatir memikirkan anak ketiganya.
Yudhistira..
Kunti : Nak, kemana Arjuna pergi sendirian dalam hutan ilusi ini? Aku sangat khawatir
Yudhistira: ibu, kau tak perlu khawatir, kita akan menemukannya
Bim : aku akan mencarinya.
Kunti : jangan, Bima! tidak boleh ada yang pergi sendirian! Kita semua harus bersama-sama
Bima : Arjuna pergi ke arah sana tapi jejak kakinya tidak dapat terlihat, aku akan mencabuti seluruh pohon di hutan ini, ibu.

Dan Bima sedang mencabuti pohon-pohon di depannya saat Arjuna tiba bersama seorang gadis.
Arjuna : kak Bima! Kau boleh letakan pohon itu!
Ibu dan ketiga saudara Arjuna menatap gadis itu dengan heran sedangkan Bima menatapnya takjub.
Kunti : Arjuna...
siapa...
Arjuna : ibu, gadis ini yang menangis.
Arjuna : Orang tuanya dibunuh para raksasa. Dia ketakutan makanya dia kubawa ke perlindunganmu.
Rasa keibuan Kunti keluar dan ia mendekati gadis asing itu.
Kunti : kau tidak usah khawatir, nak. Anak-anakku akan melindungimu.
Melihat Bima yang masih terpana memandangi gadis itu, Arjuna menggodanya.
Arjuna : kak Bima yang akan melindungimu. Betulkan, kak Bima?
Bima : apa?! ya. jika ibu perintahkan, pasti aku akan melindunginya. kenapa tidak?
Yang lain tertawa.
Kunti : siapa namamu, nak?
bagaimana keluargamu bisa berada di hutan ini?
Gadis : kami sedang berziarah dan kami tersesat di hutan ini
dan..
dan di hutan ini..
para raksasa..
melahap semua keluargaku
Kunti memeluk menenangkan gadis itu.
tenanglah, nak. Tidak usah takut lagi sekarang.
Yudhistira : kita harus pergi sekarang
ya
Kunti : bisakah kau berjalan? Atau perlu istirahat sebentar?
Arjuna : dia pasti bisa berjalan, ibu. Saat melihatnya, dia sedang duduk dan menangis.
Dia tidak sedang melakukan pekerjaan berat.
Bima : Arjuna!
tidak boleh mentertawakan kesusahan orang
Arjuna : maafkan aku, kak Bima.
Arjuna senyum-senyum.
Bima : ibu bertanya apakah kau bisa berjalan atau tidak?
Gadis : ya, aku baik-baik saja
Yudhistira : ayo kita pergi!
Nakula : kita pergi ke arah mana, kak Yudhistira? Bahkan langitpun tidak terlihat dari sini. Bagaimana kita bisa menemukan jalan keluar?
Yudhistira : selama musim ini angin selalu bertiup dari timur ke barat, Nakula. Karena itu kita menuju arah barat.
Gadis : Ini arah barat. Tercium bau daging dari sini.
Bima : di hutan ini tercium bau dari segala arah.
Gadis : Tapi itu bau makanan. Dengan kata lain, itu makanan raksasa ...
Semua orang saling berpandangan aneh, ya tentu saja kecuali Bima, karena dia sibuk memperhatikan gadis itu. Menyadari tatapan curuga dari tiap orang, gadis itu buru-buru meralat ucapannya.
Gadis : dan sebagian bau ini juga berasal dari buah yang jatuh dari pohon. Aku sudah akrab dengan baunya
Bima : dari bau ini, dapatkah kau menunjukan dimana kita bisa menemukan makanan?
Gadis : Tentu saja. pasti ada pohon buah di depan sana. Bau buah-buahan dari arah sana
Bima :Menakjubkan!
Arjuna : pohon buah-buahan ada sangat dekat tapi kak Bima, belum pergi untuk memetiknya
Nakula : seperti halnya kau menahan tidur, kak Bima sudah bisa menahan rasa lapar
Arjuna :maka kita semua harus menahan rasa lapar juga. karena menurutku, kak Bima tidak akan  pergi memetik buah.
Lagi-lagi mereka tertawa.
Kunti : Arjuna, diamlah!
Bima! nak, pergi dan ambilah buah-buahan!
Bima : baiklah, ibu.
Bima pergi ke arah yang ditunjukkan si gadis. Ia menemukan banyak pohon buah yang sedang berbuah lebat. Bima kegirangan dan segera menggoyang-goyang pohon-pohon itu agar buahnya berjatuhan.
Mereka panen buah yang buaaaanyak sekali.
Semua orang mulai makan. Namun di tengah-tengah makan, Arjuna, Yudistira, Nakula, Sadewa dan ibu mereka berhenti makan melihat dua orang manusia di depannya yang makan dengan saling berpandangan. Bahkan Bima tak menghiraukan Arjuna yang berniat menyuapinya. Matanya terpaku pada sang gadis begitupun sebaliknya. Si gadis menggoda dengan memakan lebih banyak buah. Bima tak mau kalah dengan memakan lebih banyak lagi. Jadilah mereka beradu banyak-banyakan makan. 

Arjuna dan Yudhistira saling berpandangan curiga. Sepertinya mereka telah menemukan sesuatu namun mereka bertekad untuk tetap bungkam selama keadaannya tidak berbahaya.
rasa lapar kak Bima telah teratasi meskipun ibu tidak menyuapinya.
Sementara itu di Pancala, Sri Krisna sedang menasihati raja Pancala tentang kebanggaan yang berlebihan dapat membutakan mata hati manusia. 
Manusia mampu melakukan apa saja karena ia takut kehilangan kejayaan masa lalunya. Drupada telah dibutakan oleh dendam akibat ia ingin kembali memperoleh kejayaan. Oleh karenanya, ia menjadikan anak-anaknya sebagai senjata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

^satu komentar darimu bermakna segalanya. thanks for visiting^