Senin, 04 Februari 2013

Catatan Untuk Sang Cinta Pertama

“Tha, ini kalo mau pinjem buku catetanku.” bocah laki-laki menepuk punggungku seraya menyodorkan sebuah buku bersampul coklat.
“Makasih ya.”
Hanya terimakasih yang bisa terlontar dari bibirku. Ingin rasanya kuucapkan ‘Makasih, kamu baik banget. Satu-satunya cowok di kelas ini yang care banget padaku. Aku terharu, bla, bla, bla.’
Namun lidah ini rasanya kelu. Aku terlalu grogi. Aku gugup harus menerima pandangan sejuk dari anak laki-laki di depanku. Gimana ga? Akhir-akhir ini aku merasakan sesuatu yang ‘aneh’ untuknya. Aku ingin selalu bertemu dengannya. Menyapanya, tersenyum, atau sekedar jalan ke kantin bareng. Sejenak dia menghilang dari pandanganku rasanya aku harus menanyakan keberadaannya sekarang juga. Di kelas, aku sering mencuri pandang padanya. Ah, apakah ini yang Mama bilang cinta? C.I.N.T.A.

Mana mungkin! Saat itu aku masih sebelas tahun. Cinta untuk seorang anak berusia sebelas tahun? Absurd sekali! Tapi ini yang kurasakan. Aku menikmati masa-masa kebersamaanku dengannya. Kebersamaan kami di kelas baik di luar kelas, kala lomba baca puisi, lomba cerdas cermat, hingga lomba olimpiade IPA tingkat provinsi. Yah, jika ini namanya cinta, maka dialah cinta pertamaku. Hahai, boleh dibilang masih cinta monyet. Namun perasaan ini dalam. Aku ingin selalu melihatnya. Dan sepertinya dia merespon rasaku. Bukannya Ge-Er atau gimana. Sesekali kupergoki dia memandangiku dari sebelah, mengintip dari celah-celah buku yang dibacanya.
Dan buku catatan ini adalah tanda perhatiannya. Sudah sepuluh hari aku tidak masuk sekolah gara-gara gejala typhus yang menyerangku. Aku terpaksa dirawat di rumah karena orang tuaku keberatan dengan tingginya biaya rawat inap rumah sakit. Sesekali dia mengunjungiku. Membawakan roti atau sekedar meminjamkan buku catatan. Alasannya agar aku tidak ketinggalan pelajaran. So sweet ga sih??? Untuk seorang gadis cilik seumurku waktu itu, tindakannya membuktikan bahwa dia peduli padaku. Rasa ini berjalan begitu saja, tanpa ada kata, pengakuan, atau ungkapan cinta jika memang ini cinta.
Setahun berlalu dan ujian nasional menghampiri siswa kelas 6 SD. Aku dan dia masih saling memperhatikan dan memendam rasa. Suatu hari di acara perpisahan sekolah, dia kembali meminjami buku catatan Bahasa Indonesia.
“Untuk apa? Kita bentar lagi kan udah lulus, udah ga ada tugas lagi.” tanyaku.
“Gapapa. Buat kenang-kenangan aja. Aku ingin kamu menyimpannya.” sambil tersenyum dia menyodorkan buku itu. Dan aku menerimanya.
Hari itu juga aku menyadari balasan perasaanku. Ungkapan mendalam darinya tertuang di buku catatan Bahasa Indonesia miliknya. Terukir dalam sebuah puisi yang ditugaskan Bu Nurul, guru Bahasa Indonesiaku 3 bulan sebelumnya.

Sepasang mata jernih melirik malu-malu
Senyum tulus di bibirmu membuatku menyadari
Arti hadirmu
Artiku untukmu
Sepertinya benar, rasa ini benar adanya
Aku ada untukmu dan kaupun untukku
Kita bagai sepasang jari yang saling melengkapi

Namun,
Maaf, aku tak punya nyali untuk itu
Sekedar mengakui rasa suka
Hingga tahun-tahun mengukir kenangan berdua
Tanpa maksud menyakiti
Aku ingin kamu mengerti
Aku catatan untukmu
Dan kau pun tercatat untukku
Ini catatanku
Yang kan selalu menjadi milikmu

--untuk orang yg dengan malu-malu meminjam catatanku--

Bodoh!
Kini, itu hanya akan menjadi puisi dalam catatan. Sebuah ungkapan yang akan menambah bumbu manis kisah cinta pertama. Sekali lagi tanpa kata. Aku dan dia terpisah. Selanjutnya dia meneruskan sekolah SMP di luar kota dan aku masih di sini. Andai waktu mempertemukan kami kembali. Aku berjanji mengembalikan buku catatannya. Atau kutaruh saja di bawah bangku? Aku terlalu malu untuk mengembalikannya. Sama seperti dulu.
Sumber gambar : http://algristian.files.wordpress.com

Postingan ini diikutkan dalam rangka memeriahkan GIVEAWAY CINTA PERTAMA Blog Asyiknya Menulis 

10 komentar:

  1. wah ini kisah waktu masa- masa SD ya dek? Terimaksih ya sudah ikut meramaikan Giveaway Cinta Pertama di blogku. Puisinya bagus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaap, kakak :)
      Sama2, akhirnya ada tempat buat ngungkapinnya meski malu2in :p
      Itu puisi'nya',

      Hapus
  2. aiihh kecil2 udah seneng2an niyee, soo sweet :D

    sekarang ketemu lagi kah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihii
      Ga, dia pindah ke luar kota. . . #nangisdipojokan
      Makasi udah berkunjung
      , sist :D

      Hapus
  3. foto'a orang'a mana ?
    LDR ajalah, banyak kan sekarang yang LDR :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. fotonya ada di hatiku :)
      ga ah mas, ga berani berharap lebih :p

      Hapus
  4. hihiii..lutju ya...aku melayang ke amsa ketika 11 tahun? aduh...itu 20 tahun yang lalu...*nyungsep dipojok kamar...ikutaaaan

    BalasHapus
  5. Tapi sekarang lebih lucu lg kan mbaa?
    Iya, kalo diinget2 kisah cinta pertama emank nggemesin :p
    #tarik mbak Astin

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. iyaaa makasih sistaa maaf telat taunya :)

      Hapus

^satu komentar darimu bermakna segalanya. thanks for visiting^