Minggu, 06 Juli 2014

Goresan Hati Seorang Guru Wiyata Bakti

Assalamualaikum, Wr. Wb
Bapak Prabowo-Hatta yang terhormat, melihat kesigapan dan kematangan Bapak dalam debat Capres dan Cawapres putaran ke-5 semalam saya makin yakin bahwa Bapak dan partner Bapak mampu memimpin bangsa ini dalam tekad yang teguh demi mewujudkan visi dan misi Bapak yang terangkum dalam slogan 'Macan Asia'.

Pak, saya yakin sebagai pemimpin Bapak mampu mendengarkan setiap suara dan keluhan kami, rakyat Indonesia, dengan setia. Maka ijinkanlah, saya mewakili rakyat Indonesia ingin menyuarakan uneg-uneg saya sebagai seorang pendidik demi keberlangsungan pendidikan Indonesia di masa mendatang.

1. Selamatkan Anak Didik Indonesia
Pendidikan Indonesia saat ini mengalami carut marut. Masih banyak anak usia sekolah yang mengalami putus sekolah. Ini masalah klasik yang turun temurun diwariskan. Maka sudah menjadi tugas bapak untuk mengentaskannya. Tak apalah pendidikan tak gratis Pak karena GRATIS yang sesungguhnya itu tidak ada. Benar tidak bayar SPP, tapi uang buku, seragam, alat tulis, tas, sepatu, uang ekskul? Ah, maruk rasanya kalo semua minta digratiskan. Masa sepatu aja minta dibelikan? Kok kesannya mau sekolah ga 'bondo'?!
Makanya Pak, tak usah gratis, asal terjangkau. Sekolah gratis itu justru menimbulkan kecemburuan sosial jika yang difasilitasi hanya sekolah negeri. Bagaimana dengan sekolah swasta kecil tak terjangkau di pelosok sana? Terus, gurunya juga mau dibayar apa kalau muridnya ga bayar dan dana BOS hanya cukup untuk pengadaan buku kurikulum yang baru (lagi)?
Tak perlulah gratis, asal terjangkau dan kondisi sekolah nyaman. Adakan pembangunan toilet-toilet bersih di sekolah, perpustakaan dan ruang UKS yang nyaman.

2. Selamatkan Tenaga Guru Indonesia
Jika para anak didik itu adalah bunga, maka guru adalah tangkainya. Kualitas transfer pengetahuan dari guru ke siswa bergantung dari kualitas kegiatan belajar mengajar. Namun di lapangan, tenaga guru wiyata bakti (non PNS) kurang diperhatikan. Kesejahteraan kami jauh dari kata sejahtera. Tak jarang dari kami sampai hanya menerima gaji setiap tiga bulanan, itupun dengan nominal yang jauh di bawah gaji buruh sebulan. Janganlah Bapak pikir bahwa kami tidak ikhlas menjalankan kewajiban di sekolah. Kami sangat ikhlas. Kami rela melakukan metode mengajar apapun demi terlaksananya KBM yang lancar. Namun, banyak dari kami juga sudah berkeluarga. Tak hanya satu kepala yang kami hidupi tapi juga istri, suami, dan anak kami. Bagaimana mengajar dengan tenang jika perut sang guru keroncongan?
Jangan biarkan antusiasme mereka tergadaikan

Tolong perhatikan gaji guru. Ini keluhan dari kebanyakan guru wiyata bakti seperti saya. Tak perlulah bertanya apakah kami cukup profesional untuk menerima tunjangan ini itu! Karena soal profesionalisme, itu pasti sudah tertanam dalam jiwa setiap guru. Menjadi seorang guru adalah panggilan jiwa sudah barang tentu para guru mencoba memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Kami tak perlu tunjangan ini itu yang alangkah sulit prosedurnya. Yang demi sertifikat guru profesional itu, kami harus meninggalkan kegiatan pembelajaran demi mengikuti pelatihan ini itu dan mengurus ini itu.
Tak perlu tanyakan soal profesionalisme jika kriteria profesional itu sendiri masih diperdebatkan. Cukupi saja gaji kami untuk kebutuhan sebulan agar kami tak perlu lagi mencari tambahan kesana kemari.

3. Selamatkan Sistem Pendidikan Indonesia
Sistem yang mana? Semua. Fenomena yang terbaru akhir-akhir ini adalah adanya pembaruan kurikulum sekolah. Pembaruan tentu dengan tujuan untuk lebih baik. Tapi, jika melihat kondisi banyak sekolah yang belum siap baik riil dan materil, pembaharuan kurikulum tentu sangat maksa!
Maksud saya, jalankanlah dulu kurikulum yang sudah ada. Bukan seperti ABG labil yang senang gonta-ganti hape keluaran terbaru. Yang penting implementasinya kan? Jangan hanya gengsi ingin menunjukkan program kerja yang berbeda dari periode sebelumnya lantas anak didik tergadaikan. Jelas. Karena guru-gurunya belum siap. Jadi, kami hanya melaksanakan 'yang baru' itu secara ngalor-ngidul sesuka hati kami. Oke, melalui proses pelatihan kami akan siap. Tapi mau sampai kapan kami jadi bahan uji coba? 
Tolonglah tidak perlu menyulitkan sistem yang sudah rumit. Yang penting jalankan yang sudah ada dengan sebaik-baiknya, tidak perlu gonta-ganti tiap periode.

Saya harap Bapak memahami kegalauan saya mengamati pendidikan Indonesia saat ini. Jika nanti Bapak lah yang dipercaya untuk menjalankan mandat rakyat, saya yakin Pak #PrabowoHatta mampu melaksanakannya dengan teguh, tegas, dan jujur seperti yang selama ini Bapak tunjukkan pada kami. Mari #SelamatkanIndonesia demi menuju #IndonesiaSatu.

Postingan ini diikutsertakan di kontes Aspirasi untuk Prabowo Hatta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

^satu komentar darimu bermakna segalanya. thanks for visiting^